Home » » Cara Menanam Cabai Merah

Cara Menanam Cabai Merah

Written By Pembibitan karet on Sabtu, 25 Mei 2013 | 12.36


Potensi Bisnis Budidaya Cabe

"Saat ini cabe menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabe, semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor."




Saat ini cabe menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabe, semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor.

Tanaman yang berasal dari daerah tropis di benuaAmerika ini, sekarang banyak dibudidayakan di Indonesia. Potensi bisnis cabe yang cukup menguntungkan, menarik minat para petani di daerah dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk membudidayakan sayuran ini. Beberapa daerah penghasil cabe di Indonesia antara lain Banten, Cianjur, Tasik, Brebes, Medan, Padang, Tapanuli Utara, Lombok, serta beberapa daerah lainnya.

Jenis cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabe yang banyak dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe besar, cabe rawit, dan cabe paprika. Sebab menyesuaikan permintaan konsumen, yang banyak menggunakan jenis cabe tersebut sebagai penyedap masakan.

Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabe juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabe, sambel cabe, pasta cabe, bubuk cabe, cabe kering, dan bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India.


Untuk menghasilkan cabe yang berkualitas, diperlukan proses pembibitan dan perawatan yang tepat pada saat budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada budidaya cabe, agar tidak mengalami kerugian antara lain sebagai berikut :

1. Pemilihan lahan yang sesuai. Tanaman cabe cocok ditanam di daerah yang disinari matahari 10-12 jam per hari, memiliki suhu 24-28° celcius, memiliki kelembapan 80% dan cocok tumbuh ditanah lempung berpasir yang banyak mengandung unsur hara, serta memiliki pH antara 6 sampai 7.

2. Musim tanam yang tepat. Jika harga cabe sedang anjlok, sebaiknya ganti dengan tanaman lain. Hal ini untuk mencegah kerugian akibat anjloknya harga, saat pasokan cabe melimpah.

3. Pilihlah jenis cabe yang banyak diminati konsumen, namun harga bibitnya tidak terlalu mahal. Dengan begitu biaya produksi juga dapat ditekan, agar tidak merugi.

4. Yang terakhir yaitu proses perawatan yang tepat. Lakukan penyemprotan pestisida cair dengan dosis 0,5-1 gram/liter ke lahan sebelum bibit ditanam, ini untuk mencegah serangan jamur dan patogen lain. Selain itu setelah 10 hari ditanam, tambahkan pupuk setiap seminggu sekali. Dan lakukan berselang-seling dengan pemberian pestisida.




A. PENDAHULUAN
Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll
PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar bebas.

B. FASE PRATANAM
1. Pengolahan Lahan

  • Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2
  • Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
  • Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2
  • Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm
  • Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)
  • Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan induk atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.
  • POC NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.
  • Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus ) dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
  • Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2 minggu ).


2. Benih

  • Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10 atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30
  • Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup / liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)
   

1. Persiapan Persemaian

  • Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia.
  • Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1. Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO 100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian

  • Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang telah disaring
  • Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17 HSS
  • Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit

a. Penyakit

·         Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian: tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok makan (± 10 gr) per 10 liter air.



·         Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti penyakit rebah semai.



·         Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2 minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau PESTONA.


b. H a m a

·         Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau lipatan pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.



·         Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.



·         Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM

1. Pemilihan Bibit


  • Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus
  • Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam

  • Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik ditunda.
  • Plastik polibag dilepas
  • Setelah penanaman selesai, tanaman langsung disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama

  • Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang. Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh, serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI
  • Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ). Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya (seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.
  • Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)

  1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.
  2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl : NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250 cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA = (500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500 cc/lubang.

Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :

Jenis Pupuk      1 - 4 minggu ( kg )       5 - 12 minggu ( kg )
Urea                            7                            56
SP-36                          7                            28
KCL                             7                            28

Catatan :

  1. Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)
  2. Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)
  3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis 3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis 1-2 tutup/tangki.
  4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi mulai umur 15 - 30 hr.
  5. Pengamatan Hama dan Penyakit

·         Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.



·         Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase persemaian.



·         Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi penyebaran, sebarkan GLIO



·         Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah menjadi rusak karena terbakar sinar matahari. Pengamatan pada daun tua.



·         Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah. Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil Eugenol 40 buah / ha



·         Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan GLIO di bawah tanaman.

F. FASE PANEN DAN PASCA
PANEN


1. Pemanenan

  • Panen pertama sekitar umur 60-75 hari
  • Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung ketinggian tempat dan cara budidayanya
  • Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA + Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen :

  • Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)
  • Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering
  • Penyortiran dilakukan sejak di lahan
  • Simpan ditempat yang teduh

3. Pengamatan Hama & Penyakit

  • Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak

JENIS-JENIS CABAI
Cabai dikenal denga jenis dan kegunaan yang beragam. Ayo, mengenal jenis-jenis cabai.


·         TM 88 dan TM 99
TM 99 dan TM 88 adalah jenis cabai merah keriting hibrida yang banyak dikembangkan di pusat budidaya tanaman. Jenis ini memiliki keunggulan fisik tahan hama dan buah cabai yang optimal. Di samping itu, jenis TM terutama 99 memiliki derajat pedas yang tinggi pada kelompok cabai sejenisnya.

·         CTH 01
Adalah cabai keriting hasil single cross dua tanaman cabai yang fleksibel ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Selain itu tahan terhadap penyakit antraknose buah dan mudah perawatannya.

·         CAKRA HIJAU
Merupakan cabai rawit hijau favorit petani karena masa panen yang lebih singkat sekitar 80-85 hari. Dapat ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Ketika muda, buah berwarna hijau gelap. Saat tua akan berubah memerah dan berukuran sekitar 3 cm dengan citarasa sangat pedas di kelompok cabai rawit.

·         CAKRA PUTIH
Merupakan cabai rawit berfisik kuat bercabang banyak. Buah mudanya berwarna hijau kekuningan dan merah ketika tua dengan besar sekitar 3 cm. tahan terhadap antraknose buah dan dapat ditanam di dataran rendah maupun tinggi.

·         F1 ARIMBI
Cabai jenis ini adalah cabai hasil single cross dua tanaman induk penghasil cabai merah besar berdaya tahan tinggi. Tahan terhadap serangan aphids dan kekurangan Ca. Selain itu, dapat dipanen kurang lebih 85 hari setelah pindah tanam.
Share this article :

1 komentar:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Pertanian Sukses - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger